Suara adzan menggema dijumat siang yang sedikit mendung,
disaat orang-orang disibukkan dengan segala urusan dunianya termasuk aku. Sesaat
kemudian kutinggalkan semua pekerjaan di kantor bergegas menuju masjid yang
berjarak tak lebih dari 500 meter. Setelah mengambil air wudhu, shalat sunah 2
rekaat, kemudian duduk mendengar khatib yang sedang berkhutbah. “Innal hamdalillah nahmatuhu wanasta'inuhu
wanastaghfiru wa naudzubillahi min sururi amfusina
wa min sayiati a'malina...” terdengar lantang dan fasih sang khatib memulai
khutbahnya, berkobar layaknya api membakar semangat jama’ah, mencoba meluluhkan
hati yang mengeras, mengingatkan kekuasaan Allah yang mempunyai sebaik-baik
pertolongan, pengampunan dan perlindungan. Lantunan ayat-ayatNya dan intonasi
yang kuat membuat mata para jama’ah selalu melek menggugah telinga juga untuk
mendengarkan dengan seksama. Namun semakin lama telinga ini seolah menemukan
frekuensi suara yang tak begitu asing, kutengadahkan kepala ini dan “subhanallah”
setengah berbisik.
Pemuda kurus dengan rambut lurus berkemeja
panjang lengkap dengan sarung dan peci yang berdiri di mimbar ternyata aku
pernah mengenalnya ketika itu dia masih bekerja menjadi penjaga malam di
sekolah sekitar 3 tahun yang lalu. Ternyata setelah keluar dari pekerjaannya di
sekolah dia belajar ilmu agama hingga saat ini, saat dia berdiri didepan semua
jama’ah masjid termasuk pimpinan yayasan juga aku yang masih terlihat bodoh
dalam urusan agama. “Ihdinassyiratal mustaqim” ya tunjukkanlah kami jalan yang
lurus,ayat yang dilafalkannya begitu menohok dada ini hingga terasa sesak dan
tak kuasa kelopak mata ini tak mampu membendung setetes air mata jatuh
disela-sela hidung.
Allah tidak memandang siapa kita di dunia
ini,
sungguh Dia takkan marah kita tak punya
jabatan,
Dia takkan marah kita tak punya harta
melimpah,
Dia takkan marah kita tak punya sederet titel
pendidikan
Namun jelas Dia akan marah hingga waktu telah
berakhir didunia ini namun kita masih belum mau menggunakan mata telinga dan
hati kita untuk mengenalnya lebih dekat
0 komentar:
Posting Komentar