SUDAHKAH ANDA SHOLAT ???

Sabtu, 04 Juni 2011

Berapapun nilaimu, Ayah tetap sayang kamu nak....

Senyum itu selalu tampak dari raut wajah Pak Arman setiap ia pulang kerja. Meski badan dan pikiran lelah setelah seharian bekerja, namun ia selalu berusaha tersenyum ketika berjumpa anak dan istrinya. Assalamualaikum’ Pak Arman menyapa istrinya sambil merengkuh anaknya seraya mencium pipinya. Budi anaknya genap berumur 7 tahun dua hari yang lalu, ia tercatat sebagai siswa kelas1 SD Favorit di kotanya. Seperti biasa Pak Arman bertanya tentang aktifitas anaknya di sekolah. Budi dengan sedikit pelan menceritakan pada ayahnya bahwa ia mendapat nilai 89 untuk tes bahasa Indonesia. Sang ayah mengacungkan jempol pada anaknya, namun malang bagi si Budi karena ibunya mendengar nilai 89, sontak raut wajah ibunya memerah dan dengan nada tinggi menyalahkan anak semata wayangnya tersebut. “makanya kalau mengerjakan harus teliti, jangan asal mengerjakan!nilai segitu termasuk rendah di sekolah kamu!” sukanya hanya main melulu, ini akibatnya !
Mendengar teriakan ibunya, anak kecil itu sontak menangis dan berlari masuk rumah kemudian dikuncinya pintu rumah itu dari dalam. Pak Arman segera menyusul anaknya, namun terlambat pintu itu sudah terkunci. Sambil bersimpuh Arman berusaha merayu anaknya agar mau membukakan pintunya namun anak itu tak bergeming, hanya sesekali terdengar sesenggukkan tangisnya. Arman berusaha membuka paksa dengan menggedor2 pintu dan dengan beberapa kali hentakan terbukalah pintu itu, Budi berlari hendak masuk kamar namun ayahnya sudah meraih tangannya. Anak itu berontak sekuatnya namun tenaga yang kecilitu tidak mampu melawan tubuh sang ayah yang jauh lebih besar. Dirangkulnya anak itu denga penuh kasih sayang sambil sesekali diusapnya air mata dipipi Budi.
Kenapa engkau marah-marah anakku?berapapun nilai yang engkau dapatkan, Ayah tetap sayang kamu nak! dengan masih sesenggukkan anak itu berkata: ibu yang selalu marah2 sama adik, bicaranya selalu keras! Kemudian kembali Arman merangkul anaknya dan kali ini lebih erat lagi. Hatinya teriris tatkala melihat anaknya terbata2 dan berkaca2 ketika memprotes perilaku ibunya. Sebagai seorang ayah dia menyadari bahwa anaknya sudah berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik.namun memang terkadang sesuatu hal bisa saja terjadi dan jauh dari yang diinginkan.Dengan perlahan ia menjelaskan nada tinggi ibunya merupakan bentuk kasih sayang ibu pada anaknya. Dia sampaikan bahwa dibalik kemarahan ibunya terdapat kasih sayang yang tulus..
Manakala terjadi pertengkaran antara ibu dan anaknya, Arman berusaha berperan sebagai ayah yang menjembatani emosi diantara keduanya. Didalam hati Arman merasakan kekecewaan yang teramat sangat pada istrinya, karena belum lama ini dia sudah mengingatkan istrinya untuk lebih sabar dalam mendidik anaknya. Namun yang terjadi sekarang? Arman sangat mengkhawatirkan mental anaknya manakala dipressure agar sesuai dengan keinginan orangtuanya, dia khawatir anaknya akan tumbuh menjadi anak yang minder ( tidak percaya diri ). Selama ini Arman berusaha menjadi oranbgtua yang baik, beberapa buku tentang parenting sudah dibacanya, namun tidak demikian untuk istrinya, sehingga ketika Arman berusaha mengaplikasikan tips/ cara mendidik anak yang benar, saat itu pula kebuntuan yang didapatkan dikarenakan sang istri tidak sejalan. Dan ketika diingatkan maka yang terjadi adalah pertengkaran.
Dan setiap itu terjadi Arman hanya mampu mengadu pada Allah, mohon petunjuk agar diberi kesabaran dan selalu berdoa semoga anaknya bisa menjadi anak yang soleh dan pintar serta berbakti pada orangtuanya. Arman menyadari bahwa sebagai orangtua kita tidak boleh memaksakan kehendak agar anak berlaku sepertiyang kita inginkan. Mereka mempunyai dunianya sendiri, dan karena mereka hidup bukan untuk masa kita tetapi mereka hidup untuk masanya mereka nanti sepuluh atau dua puluh tahun kedepan, kita hanya berusaha mengarahkan agar tidak melenceng dari tuntunan Allah dan Rasulnya,disamping membekalinya dengan ilmu yang bermanfaat.
Karena orang-orang besar tidak dilahirkan. Mereka ditempa, diukir, dan dipersiapkan oleh pendidikan yang baik. Salah satunya adalah orangtua mereka yang senantiasa menyemangati dengan “cinta”.Menggerakkan jiwa mereka untuk melakukan kerja besar yang bermakna, bukan “menyibukkan diri” dengan kekurangan mereka…
Ya Allah, aku selalu merindukan semangat kasih sayang didalam kehidupan rumah tanggaku, agar anak-anak kami tumbuh menjadi hamba-hambaMu yang kuat sehingga mampu meninggikan kalimat Allah dimuka bumi, bukan meninggikan diri dengan menggunakan kalimat Allah. Karena sesungguhnya jika mereka meninggikan kalimat Allah dimuka bumi, maka Allah akan meninggikan martabat mereka dihadapan umat manusia diseluruh dunia.

0 komentar:

Islam dengan Al Qur’an sebagai kitab sucinya adalah agama yang sempurna*****mencakup segala aspek kehidupan yang mengatur manusia dari tarikan nafas pertama didunia hingga hembusan nafas terakhir hidup manusia ****** bahkan mencakup pengetahuan kehidupan setelah kematian. *****Sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenaran Al Qur an dan Sunah Rosululloh sebagai pedoman hidup umat Islam.*****Dan janganlah kita berbuat dholim dengan menambah atau mengurangi ajaran Allah ini.*****Cukuplah bencana yang bertubi-tubi mendera negeri ini mengingatkan kita.